Jika bertemu pria berkaca mata ini sedang menggenakan baju batik, Anda tidak akan menyangka jika yang bersangkutan adalah seorang drummer kawakan dari band rock cadas EdanE. Band dengan lagu-lagunya keras dengan tempo cepat, profilnya sama sekali tidak terpancar dari sosok Fajar Satritama yang terlihat dewasa dan tenang.

Soal pekerjaan Fajar sebagai petinggi sebuah bank. Dualisme profesi ini tentunya juga menjadi tantangan bagi Fajar. “Namun dengan seiring berkembangnya teknologi finansial, bekerja dapat dilakukan dimana saja.” Ungkap Fajar. Perkembangan teknologi finansial secara signifikan dapat membatu Fajar dalam mengatur ritme kerja dikantor serta penyesuaian dengan aktifitasnya yang juga padat di ke dua band EdanE dan God Bless.

Walaupun begitu, bukannya tidak ada masalah soal pengaturan waktu. Misalnya jika terjadi bentrokan jadwal. Dari kantor ada tugas keluar kota atau keluar negri, sementara band juga ada jadwal show. Hal inilah dinamika yang terjadi dengan dualisme profesi yang dia tekuni.

Pria kelahiran 11 Juli 1970, perjalanan musiknya diawali sebagai drummer di CYNOMADEUS bersama Iwan Madjid, Todung Pandjaitan, Eet Sjahranie & Arry Safriadi. Debutnya sebagai drummer semakin menanjak saat tergabung dalam group EdanE dan kini juga merupakan personil band legendaris Indonesia, God Bless.

Ada pun Fajar pertama kali tampil dengan God Bless terjadi dalam pentas Java Jazz  2012, ketika God Bless belum memiliki pemain drum tetap setelah mundurnya Yaya Moektio. Setelah iu, moment serupa kerap berulang, hingga lambat laun kedua belah pihak merasakan adanya kecocokan dalam pola permainan.

Menjelang persiapan album Cermin 7 Fajar kembali dilibatkan untuk pengerjaan seluruh pembuatan musik dasar. Secara eksplisit, hal ini merupakan ‘pengakuan’ atas kehadirannya dalam formasi God Bless. Sejak itu Fajar mulai dilibatkan dalam berbagai kesempatan wawancara mau pun sesi foto.

Meskipun sudah jadi anggota tetap God Bless, bukan berarti Fajar keluar dari Edane. Dia masih bertahan sebagai drummer Edane. Pada acara Jogjarockarta 2018, saat itu God Bless dan Edane juga menjadi line up. Fajar pun jadi penabuh drum untuk kedua band itu.

Ada perbedaan yang cukup mencolok dari kedua band ini. Jika lagu-lagu EdanE dari depan sampai akhir intens keras dan yang pasti memerlukan tenaga ekstra, maka lagu-lagu God Bless lebih panjang, dinamis dan lebih progresif.

Sebagai seorang drummer, sudah banyak alat yang dia jajaki. Tetapi, pada akhirnya pilihannya berlabuh pada brand TAMA dan kini dia merupakan endorser dari TAMA Drum Indonesia. Saat ini, senjata andalannya adalah TAMA STAR WALNUT yang merupakan produk Flagship Series dari TAMA Drum. Tentu saja pilihan tersebut merupakan hasil experience antara Fajar dan  drum TAMA. TAMA Star Walnut boleh dikatakan merupakan salah satu master piece TAMA yhasil dari pekerjaan tangan para drum maker jepang. Sehingga soal kualitas, tentu tidak ragukan.

Tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi Fajar sebelum melabuhkan instrumen pilihannya kepada TAMA Drum. Termasuk di dalamnya adalah persoalan tehnis seperti bagaimana penyesuaian dengan kedua band yang kini menjadi rumahnya yaitu EdanE dan God Bless. Tentunya, dengan karakter musik yang berbeda, selain adaptasi cara bermusik, perlu adaptasi intrument yang digunakan juga. Dan sepertinya, pilihan TAMA Star Walnut sebagai senjatanya cukup dapat mengakomodir kebutuhan bermusik Fajar.